Learning
and teaching. I’m not a teacher with education degree, gak sengaja jadi tutor
les beberapa tahun yang lalu karena ditawarin teman untuk mengisi waktu luang
selain kuliah sambil buat nambah uang jajan. Seumur hidup belum punya
pengalaman mengajar orang apalagi anak kecil, pelajaran pertama yang aku
setujuin adalah mengajar Iqro’ untuk anak SD kemudian lanjut pelajaran SD. Awalnya
masih kaku gitu gak tau kudu gimana ngajarin yang baik. Untung murid pertamaku
anaknya gampang dan bisa diajak ngobrol. Mengajar tapi sambil belajar juga
ceritanya. Apakah ngajarin bocah beberapa tahun terakhir ini bikin aku ahli
dalam menghadapi mereka pas tantrum? Nope. Sometimes I want to dissapear if
they didn’t want to listen my words. Hahaha
Dulu
kalo aku udah hilang kesabaran pasti ngomel kalo sekarang ya tetep ngomel cuma
beda nada aja lebih kalem. Setiap anak yang aku temenin belajar ini punya
background keluarga dan lingkungan yang beda-beda. Seru sebenernya karena
secara tidak langsung juga belajar bagaimana lingkungan bisa mempengaruhi
seorang anak. Beda anak kalo orang tuanya kerja semua, cuma salah satunya saja
yang kerja, orang tua yang menuntut nilai akademik dan batasan memakai gadget. Kalo
dilihat dari segi ekonomi tidak diragukan lagi, uang bukan menjadi persoalan
bagi orang tuanya. Mereka dari kalangan menengah keatas dan sekolahnya pun
rata-rata swasta.
Kata
temenku jadi tutor salah satu cara untuk praktek ilmu komunikasi. Benar juga,
bagaimana menjalin komunikasi yang efektif, menghindari miskomunikasi dan cara
menyelesaikan konflik dengan strategi komunikasi. Sempat merasa sia-sia kuliah
jurusan komunikasi tapi jarang prakteknya, ternyata selama ini udah praktek
tapi akunya saja yang gak sadar. Hahaha menjadi tutor juga bukan perkara aku
dengan muridku tetapi juga dengan orang tua mereka. Para orang tua ingin
anaknya belajar supaya nilai sekolahnya bagus, si anak ingin didengar kesulitan
apa yang mereka hadapi di sekolah. Metode belajar juga harus beda karena
karakter anak juga berbeda. Anak sekarang itu pinter-pinter, mereka tahu banyak
hal tanpa harus dikasih tau, kalo gadget bisa merusak anak-anak itu tidak benar
karena dari gadget mereka bisa belajar yang penting tetap dalam pengawasan. Beri
mereka kepercayaan dan cara bagaimana menggunakan gadget dengan baik dan benar.
Kadang
yang mereka butuhkan itu hanya telinga untuk mendengar segala keluh kesah tanpa
harus menuntut mereka belajar. Gak ada yang lebih menyakitkan ketika butuh
teman cerita tapi tidak ada yang mau mendengar. Bisa bayangin gak sekarang
sekolah full day, belum ditambah ekstra pengembangan minat dan bakat sampai rumah
harus belajar lagi. Sekarang tiap mau marah karena dibilangin ngeyel atau
ngeluh capek pasti cuma bisa menghela nafas. Tapi kadang harus tegas juga kalo
udah keterlaluan, harus pinter-pinter ngatur mood. Denger anak-anak cerita itu
seru, lucu aja gitu kalo mereka ngomongin kesehariannya. Hatiku menghangat kalo
mereka lagi curhat, they trust me enough to tell their problem. Kalo sekarang
ditanya kamu mau jadi apa nanti? Aku pengen jadi teman belajar, belajar apapun
sama anak-anak. Teaching and learning at the same time. Belajar kan seumur
hidup, I know for sure education is important to improve ourself. Kata pepatah semakin banyak belajar semakin banyak gak taunya, itu beneran. Masih harus banyak belajar sabar, mengatur emosi dan jadi pendengar yang baik hahaha
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih :D