Langsung ke konten utama

Some things I like to do


Learning and teaching. I’m not a teacher with education degree, gak sengaja jadi tutor les beberapa tahun yang lalu karena ditawarin teman untuk mengisi waktu luang selain kuliah sambil buat nambah uang jajan. Seumur hidup belum punya pengalaman mengajar orang apalagi anak kecil, pelajaran pertama yang aku setujuin adalah mengajar Iqro’ untuk anak SD kemudian lanjut pelajaran SD. Awalnya masih kaku gitu gak tau kudu gimana ngajarin yang baik. Untung murid pertamaku anaknya gampang dan bisa diajak ngobrol. Mengajar tapi sambil belajar juga ceritanya. Apakah ngajarin bocah beberapa tahun terakhir ini bikin aku ahli dalam menghadapi mereka pas tantrum? Nope. Sometimes I want to dissapear if they didn’t want to listen my words. Hahaha
Dulu kalo aku udah hilang kesabaran pasti ngomel kalo sekarang ya tetep ngomel cuma beda nada aja lebih kalem. Setiap anak yang aku temenin belajar ini punya background keluarga dan lingkungan yang beda-beda. Seru sebenernya karena secara tidak langsung juga belajar bagaimana lingkungan bisa mempengaruhi seorang anak. Beda anak kalo orang tuanya kerja semua, cuma salah satunya saja yang kerja, orang tua yang menuntut nilai akademik dan batasan memakai gadget. Kalo dilihat dari segi ekonomi tidak diragukan lagi, uang bukan menjadi persoalan bagi orang tuanya. Mereka dari kalangan menengah keatas dan sekolahnya pun rata-rata swasta.
Kata temenku jadi tutor salah satu cara untuk praktek ilmu komunikasi. Benar juga, bagaimana menjalin komunikasi yang efektif, menghindari miskomunikasi dan cara menyelesaikan konflik dengan strategi komunikasi. Sempat merasa sia-sia kuliah jurusan komunikasi tapi jarang prakteknya, ternyata selama ini udah praktek tapi akunya saja yang gak sadar. Hahaha menjadi tutor juga bukan perkara aku dengan muridku tetapi juga dengan orang tua mereka. Para orang tua ingin anaknya belajar supaya nilai sekolahnya bagus, si anak ingin didengar kesulitan apa yang mereka hadapi di sekolah. Metode belajar juga harus beda karena karakter anak juga berbeda. Anak sekarang itu pinter-pinter, mereka tahu banyak hal tanpa harus dikasih tau, kalo gadget bisa merusak anak-anak itu tidak benar karena dari gadget mereka bisa belajar yang penting tetap dalam pengawasan. Beri mereka kepercayaan dan cara bagaimana menggunakan gadget dengan baik dan benar.
Kadang yang mereka butuhkan itu hanya telinga untuk mendengar segala keluh kesah tanpa harus menuntut mereka belajar. Gak ada yang lebih menyakitkan ketika butuh teman cerita tapi tidak ada yang mau mendengar. Bisa bayangin gak sekarang sekolah full day, belum ditambah ekstra pengembangan minat dan bakat sampai rumah harus belajar lagi. Sekarang tiap mau marah karena dibilangin ngeyel atau ngeluh capek pasti cuma bisa menghela nafas. Tapi kadang harus tegas juga kalo udah keterlaluan, harus pinter-pinter ngatur mood. Denger anak-anak cerita itu seru, lucu aja gitu kalo mereka ngomongin kesehariannya. Hatiku menghangat kalo mereka lagi curhat, they trust me enough to tell their problem. Kalo sekarang ditanya kamu mau jadi apa nanti? Aku pengen jadi teman belajar, belajar apapun sama anak-anak. Teaching and learning at the same time. Belajar kan seumur hidup, I know for sure education is important to improve ourself. Kata pepatah semakin banyak belajar semakin banyak gak taunya, itu beneran. Masih harus banyak belajar sabar, mengatur emosi dan jadi pendengar yang baik hahaha

Komentar

Postingan populer dari blog ini

pengalaman pertama

Beberapa hari yang lalu, aku diminta salah seorang temen asrama untuk menggantikan dia mengajar di tempat bimbingan belajar deket asrama. Awalnya aku menolak, karena aku belum pernah mengajar bahasa inggris meskipun aku juga mengajar privat tapi aku mengajar agama dan mengaji iqro' anak SD. Kata temenku gak apa-apa soalnya cuma mengajar tentang tenses, nulis structure tenses nya dijelasin kemudian kasih contoh udah selesei, soalnya yang punya bimbel gak nemu pengganti temenku itu. Yaudahlah ya aku iyain, itung-itung buat pengalaman. Kelas pertama jam 4 sore, aku udah standby karena rada gugup juga sih karena ternyata gak cuma mengajar satu orang seperti aku biasanya mengajar privat tapi ada 4-8 anak gitu. Anak-anaknya pada telat, jam 4.45 baru pada dateng, aku udah rada gak semangat soalnya kelamaan nunggu. Udah masuk kelas dan kenalan, kelas pertama ini semua anaknya cewek, jadi rame banget pada ngobrol dan ribut masalah handphone, baiklaahh~ mereka masih anak SMP, kadang saking ...

Rainbow For Peace

S elamat hari perdamaian dunia!! kemarin gue di mention temen di twitter diajakin ikut flashmob di 0 km, malioboro yogyakarta. Gue kirain flashmobnya gangnam style ,hehe secara yang lagi heboh-hebohnya kan itu. Tapi ternyata bukan, ini flashmob yang diadain untuk aksi perdamaian dunia khususnya Indonesia dan paling khusus Yogyakarta :D . Seperti yang gue denger dan gue baca berapa bulan kemarin di jogja banyak kasus tindak kekerasan *gak usah gue sebutin* sebagai salah satu pemuda yang sekarang hidup di jogja gue tergugah untuk ikut acara rainbow for peace ini #eaaa . Bermodal nekad dengan minim info cuma liat tutorial dance nya via youtube gue sama temen sekamar gue si Nia dan temennya dia si Dita berangkat menuju lokasi jam 13.50, kita rada buru-buru karena di jadwal acara mulai jam 14.00 tapi ya gitu kebiasaan Indonesia jam kareett!!hash.. eh~ gak sengaja disana ketemu sama temen kampus gue si Hisdan ternyata dia salah satu pengisi acara ,open mic. yeay akhirnya kesampaian liat d...

Con·sent

Beberapa hari ini sering liat seliweran di twitter bahas tentang consent sex vs sex setelah nikah. Satu kubu bela argumen bahwa melakukan sex itu urusan diri masing-masing asal ada consent yaudah gas, sedangkan kubu satunya consent aja gak cukup karena mau sama mau ketika berhubungan sex belum tentu akan aman kedepannya. Bilangnya mau sama mau, habis melakukan sex ternyata ditinggal jadi rasanya seperti habis dilecehkan, belum lagi misal kecolongan hamil terus cowoknya gak mau tanggung jawab kabur. Lihat berita bayi dibunuh setelah dilahirkan atau dibuang sembarang tempat karena orang tua belum siap untuk membesarkan si bayi, akibatnya bayi tidak bersalah yang menjadi korban. Lagi-lagi tidak bisa sesederhana karena udah ada consent terus selanjutnya tidak akan terjadi permasalahan. Consent tidak bisa hanya berpegangan dengan kata "iya, mau" tapi pertimbangan umur, pemahaman tentang tubuhnya dan hubungan sex itu sendiri juga penting. Bagaimana kalo mau hanya karena ta...